SUTAMI – Arsitek modern generasi pertama di Indonesia. Namun, namanya hampir tak terdengar dalam sejarah perkembangan arsitektur modern di Indonesia. Awal abad ke 20, di antara dominasi arsitek Belanda, seorang peranakan Tionghua kelahiran Semarang bernama Liem Bwan Tjie turut menukangi berdirinya puluhan bangunan modern di kota-kota di Indonesia.
Dalam pameran “Indonesia and the Amsterdam School: When Culture Crosses the Ocean” yang belum lama ini digelar di Kedutaan Belanda, menampilkan cerita kehidupan dan karya arsitek kelahiran Semarang, Liem Bwan Tjie, yang belajar di Belanda dan bekerja untuk Michel de Klerk, salah satu arsitek utama Sekolah Amsterdam.
Pada awal abad ke 20 (tahun 1910-1935), di Belanda berkembang sebuah aliran arsitektur yang dinamakan sebagai “Amsterdam School”, aliran ini nantinya menjadi sangat terkenal di seluruh dunia. Aliran ini menunjukkan bagaimana gerakan arsitektur ekspresif Sekolah Amsterdam telah dibentuk oleh seni dan budaya Indonesia.
Arsitek dan desainer Sekolah Amsterdam dipengaruhi oleh bentuk seni, budaya dan arsitektur dari Indonesia, yang saat itu merupakan Hindia Belanda. Tak terhitung banyaknya benda asal Indonesia yang berakhir di museum-museum Eropa dan rumah-rumah penduduk. Kontak dengan budaya material Indonesia telah membantu membentuk bentuk ekspresif dan simbolisme Mazhab Amsterdam.
Pada periode yang sama, semakin banyak pula orang Indonesia yang datang ke Belanda. Kebanyakan dari mereka datang untuk belajar. Hal serupa juga terjadi pada arsitek Tionghoa-Indonesia Liem Bwan Tjie (1891-1966). Liem di Belanda belajar pada Sekolah Teknik Menengah (MTS – Middelbaare Technischeschool) sampai Sekolah Tinggi Teknik Delft.
Setelah menyelesaikan studinya, Liem bekerja di kantor Michel de Klerk, inspirasi Sekolah Amsterdam. Liem adalah kelompok pertama orang Indonesia yang dilatih sebagai arsitek. Di sana ia bekerja sebagai juru gambar di gedung-gedung De Klerk yang paling terkenal, termasuk Het Schip dan Gele Blok di Spaarndammerbuurt Amsterdam.
Liem juga membantu de Klerk dalam kompetisi desain untuk Nasional Academie of Visual Art, dan memenangkan tempat kedua dan dipuji sebagai seni ruang sejati karena kombinasi volume bulat garis lurus dan detail pahatan.Liem kemudian berkontribusi pada hal-hal penting dari Sekolah Amsterdam. Bersama Piet Kramer dia mengerjakan tiga vila di Bergen yang sayangnya hilang dalam kebakaran.
Liem bisa dianggap sebagai salah satu arsitek modern pertama Indonesia. Karya arsitekturnya dibangun pada akhir masa kolonial dan awal masa kemerdekaan. Dia merupakan salah satu anggota pendiri ikatan arsitek Indonesia yang meletakkan dasar bagi profesionalisasi arsitektur di Indonesia.
*** Bagaimana kelanjutan kiprah Liem Bwan Tjie? Baca di e-Magz Sutami