Terbentuknya Masyarakat Terowongan dan Konstruksi Bawah Tanah Indonesia

SUTAMI – Pengerjaan proyek terowongan bawah tanah masih menghadapi sejumlah tantangan. Hal itu terjadi mulai dari aspek teknis pekerjaan hingga kompetensi sumber daya manusia (SDM) di dalam negeri.

Dirjen Bina Konstruksi Kementerian PU Boby Ali Azhari mengatakan, pembangunan infrastruktur bawah tanah membutuhkan keahlian yang sangat spesifik dan berbeda dari bidang teknik sipil umum.

“Karena itu, peningkatan kompetensi dan sertifikasi tenaga ahli menjadi prioritas utama pemerintah,” katanya dalam acara peluncuran Masyarakat Terowongan dan Konstruksi Bawah Tanah Indonesia (MTKBTI) di Jakarta.

Hingga Oktober 2025, tercatat 30 profesional telah tersertifikasi sebagai Ahli Madya Perencanaan Terowongan Jalan, dan 24 lainnya sebagai Insinyur Muda Perencanaan Terowongan Jalan.

Dan, 34 perusahaan yang telah memperoleh Sertifikat Badan Usaha (SBU) untuk klasifikasi Konstruksi Terowongan (KIKI 104).

Ketua Masyarakat Terowongan dan Konstruksi Bawah Tanah Indonesia Weni Maulina menambahkan, asosiasi ini dibentuk sebagai forum komunikasi, kolaborasi, dan peningkatan kapasitas bagi para profesional, akademisi, maupun perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi bawah tanah.

Selain tantangan teknis dan kapasitas SDM, dia berpendapat pengerjaan proyek infrastruktur bawah tanah di Indonesia menghadapi kendala dari aspek geologis.

Kondisi struktur tanah menjadi kunci keberhasilan dalam pengembangan proyek.