SUTAMI – Sebagai Kabupaten terluas kedua di Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Grobogan mampu mempertahankan lahan pertanian menjadi kelas tutupan lahan yang mendominasi. Begitu pun Kabupaten Demak, teratas dalam ketahanan pangan tingkat provinsi. Sektor pertanian terbukti menjadi penyangga perekonomian di kedua kabupaten ini.
Di balik keberhasilan sektor pertanian Kabupaten Grobogan dan Demak, ada pasokan air irigasi yang harus selalu terjaga ketersediaannya. Adalah Kementerian Pekerjaan Umum (PU) melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali – Juana yang mengemban tugas memastikan performa infrastruktur Bendung Glapan dan jaringan daerah irigasinya optimal mendukung kebutuhan air untuk lahan tanam para petani di dua kabupaten, Grobogan dan Demak.
Bendung Glapan berfungsi untuk pengaturan debit air hingga mengairi Daerah Irigasi Glapan dengan luas areal keseluruhan 18.784 Ha. Jaringan irigasi di Daerah Irigasi (DI) Glapan Barat seluas 10.069 Ha mendapatkan air dari saluran induk Glapan Barat yang mengambil air melalui intake kiri dari Bendung Glapan. Sedangkan intake kanan untuk Daerah Irigasi Glapan Timur seluas 8.671 Ha.
D.I Glapan Timur ini memiliki Saluran Induk dengan panjang enam kilometer lebih, dan Saluran Sekunder hingga lebih dari delapan puluh kilometer. Sedangkan D.I Glapan Barat, memiliki Saluran Induk dengan panjang dua belas kilometer lebih, dan Saluran Sekunder hingga lebih dari tujuh puluh kilometer.
Melihat sejarahnya, Bendung Glapan merupakan warisan masa kolonial, dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda di Sungai Tuntang mulai tahun 1852 hingga 1859. Bendung Glapan bertipe fixed weir, lebar sembilan puluh meter, dan ketinggian mercu tiga meter.
Konstruksi bendung berupa ambang pasangan batu disertai bidang terjunan yang panjang sehingga membentuk seperti saluran miring. Pemerintah saat itu berniat mengembangkan irigasi di Grobogan dan Demak, agar kegiatan pertanian di sana tidak terlalu bergantung pada iklim.
Berdasarkan kondisi topografi, Desa Glapan berada di Kecamatan Gubug, Kabupaten Grobogan. Sungai Tuntang merupakan sungai yang besar dan cukup ideal untuk dijadikan sebagai sumber air dan penampungan sebelum dialirkan di daerah irigasi Glapan dan sekitarnya. Selain dari Sungai Tuntang, Danau Rawa Pening juga sebagai sumber air irigasi.
Kepala Bidang Pelaksanaan Jaringan Pemanfaatan Air (PJPA) BBWS Pemali – Juana, Yulius, S.T., M.T. menjelaskan, untuk meningkatkan kapasitas layanan sistem irigasi di dua kabupaten ini, rehabilitasi besar infrastrukrur bendung hingga jaringan daerah irigasinya telah diselesaikan di akhir tahun lalu.
Beberapa bagian yang sudah dilaksanakan perbaikan diantaranya; rehabilitasi saluran, normalisasi saluran, pengamanan bendung, penggantian pintu mekanikal elektrikal, pembongkaran dan pembangunan jembatan pada bendung dan juga lainnya.
Kini, di 2025, untuk menyempurnakan dan meningkatkan layanan air bagi petani, serta menambah indeks pertanaman, tengah dilaksanakan Rehabilitasi Jaringan Irigasi D.I Glapan Tahap II. “Diharapkan nantinya dapat memenuhi dan mendukung program swasembada pangan pemarintah serta mendukung kemandirian pangan serta kesejahteraan petani,” ujar KaBid Yulius.
*
Untuk detail Perencanaan dan Pelaksanaan Paket Pekerjaan dapat dibaca di Emagz SUTAMI Edisi 002