Bangkit Dari Galodo, Memulihkan Jalur Vital Lintas Sumatera

Hujan lebat tak berjeda di Sabtu malam itu, setahun lalu, berujung Galodo. Bencana banjir bandang lahar dingin menerjang wilayah aliran turunan Gunung Marapi. Empat kabupaten di Sumatera Barat terdampak parah hingga merenggut puluhan korban jiwa. Tak terbilang juga dengan infrastruktur di sana, longsoran di Lembah Anai mengamblaskan badan jalan, memutus jalur vital lintas Sumatera.

Puluhan gunung – baik yang sudah mati maupun aktif di wilayah barat Sumatera ini melahirkan lanskap Bukit Barisan – memanjang dari Lampung hingga ke Aceh. Provinsi Sumatera Barat menjadi daerah yang kerap dilanda bencana gempa bumi, tanah longsor, hingga banjir bandang di Indonesia. Bencana 11 Mei tahun lalu tercatat sebagai salah satu yang terparah.

Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Sumatera Barat aktif saat itu, Thabrani, menjabarkan ulang bencana galodo di Lembah Anai ini hingga penanganannya. Kerusakan parah terjadi pada jalan nasional Padang–Bukittinggi, khususnya ruas Padang Panjang-Sicincin. Beberapa titik jalan amblas total dan tidak dapat dilalui, salah satunya sekitar 200 meter badan jalan yang tererosi berat oleh derasnya aliran air.

Kondisi ini menyebabkan arus transportasi terputus total. Akses vital tersebut lumpuh, memaksa warga menggunakan rute alternatif seperti melalui Lubuk Basung, karena jalur melalui Malalak juga terkena longsor.

Thabrani memastikan BPJN SumBar untuk melakukan penanganan mendesak tanggap darurat bencana guna memulihkan konektivitas vital antarwilayah. Bentangan pekerjaan berada di ruas jalan nasional Padang Panjang – Sicincin, tepatnya pada segmen KM 62+300 hingga KM 67+400, mencakup 13 titik kerusakan akibat longsor dan banjir bandang.

Terkenang oleh Thabrani bagaimana soliditas dan kecepatan kerja seluruh pihak, mulai dari kontraktor, konsultan, hingga aparat daerah – yang memungkinkan jalur vital ini dibuka kembali sebelum batas waktu kritis, meski menghadapi cuaca ekstrem dan medan sulit.

Kerja besar dalam kebersamaan ini berhasil memulihkan kembali  konektivitas antara Padang dan Bukittinggi, yang merupakan jalur ekonomi, pariwisata, dan logistik penting di Sumatera Barat. Selain itu, pekerjaan ini juga akan meningkatkan ketahanan infrastruktur terhadap bencana serupa di masa depan.

Melihat Sumatera Barat dengan potensi bencana (hazard potency) yang begitu besar, Thabrani mengharapkan agar semua pihak menjaga prasarana jalan yang sudah dibangun, tidak membuang sampah ke saluran drainase, serta waspada terhadap potensi bencana saat hujan deras. Partisipasi masyarakat sangat penting dalam menjaga keberlanjutan fungsi jalan.

Ke depan, guna semakin mewujudkan konektivitas antarwilayah di Sumatera Barat, BPJN Sumbar terus menyiapkan program peningkatan kapasitas jalan, penguatan struktur lereng, serta pembangunan jalur alternatif untuk mengantisipasi gangguan akibat bencana, sehingga konektivitas antarwilayah tetap terjaga.

*** Baca di Emagz sutami 003 bagaimana teknis Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan Hutama Karya Infrastruktur dalam penanganan darurat ini